Sabtu, 03 Mei 2008

ZALDY MUNIR di lahirkan Kota Metropotan Jakarta, pada tanggal 26 Agustus 1984. Terlahir sebagai anak ke 2 dari 3 persaudara pasangan Munir Suhendar dan Ayunah.

Pria keturunan Garut, Jawa Barat ini mempunyai Hobi menulisnya sebenarnya mulai dari umur 3 tahun, pertama kali dia menulis di tempok rumahnya, dengan tulisan yang tidak karuan. Namun berjalannya waktu setelah duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah (MTS) dia mulai aktif menulis cerpen. Tulisan pertamanya yang berjudul JANGAN LUPA BALAS SURATKU (Cerpen) dimuat di Tabloid Fantasi April 2003.

Selain menulis CERPEN si Zaldy juga suka menulis PUISI DAN ARTIKEL, seperti “Pornografi Menurut Prespektif Alquran dan Bible.” Dimuat di MAJALAH MIMBAR ULAMA. April 2006. “Tiga Serangkai Musuh Islam.” Dimuat di JURNAL MUQADDIMAH. Nopember 2006 – Mei 2007. “Kehancuran Moralitas Politik Indonesia.” Dimuat di KORAN PULITZER. Maret – April 2007. Problem Mendidik Anak Masa Kini.” Dimuat di TABLOID JAYAKARTA PLUS Januari 2008 dan sebagainya.

Cerpennya pun pernah dimuat, seperti di TABLOID FANTASI “Aku, Ayah, dan Ibu.” Juli 2003. MAJALAH SABILI “Ziarah.” September 2006. MEDIA ONLINE WWW.KABARINDONESIA.COM “Anakku. Anakmu.” 6 Oktober 2007 dan sebagainya.

Begitu gilanya dengan dunia tulis-menulis dan jurnalistik dia sempat mengikuti beberapa pelatihan, seperti pelatihan menulis ARTIKEL dan CERPEN yang diselenggarkan oleh MAJALAH UMMI (Februari 2006). Pelatihan Jurnalistik DIKLAT TVRI angkatan 15, PROGRAM REPORTASE TELIVISI (April – Mei 2007). Pelatihan Jurnalistik di LPJA ANTARA PROGRAM PAKET CALON WARTAWAN (Juni – Agustus 2007). Setelah itu, dia mengikuti pelatihan FOTO JURNALISTIK di LPJA ANTARA (Februari – April 2008).

Pria yang mempunyai hobi Fotografi, dan makan Pisang Goreng Pake Saos ini, masih aktif menulis Cerpen dan Artikel di beberapa media di Ibu Kota. Selain menulis Cerpen dan Artikel dia juga bekerja sebagai “Pengacara” alias Pengangguran Banyak Acara. Selain itu juga dia menderita penyakit “Kangker” alias Kantong Kering.

Satu alasan mengapa si Zaldy Masih tetap menulis. Berawal dari keiriannya dengan tokoh Jalaluddin Rumi seorang Sufi dan Penyair. Meskipun ia sudah lama meninggal, tapi namanya dan karya-karnyanya masih tetap berjaya dan dikenang hingga saat ini.

Itulah yang menggugah hati dan pikirannya untuk terus menulis. Rumi membuatnya terus berkarya, berkarya, dan berkarya. Selain Rumi, Allah SWT telah menguatkan niatnya dan memberi tenaga tambahan disaat dia mulai lelah dan jenuh dalam menulis.***